Oleh: Muhamad Yusran Darmawan
LEBIH
dua minggu saya mengisi waktu dengan mengumpulkan buku-buku tertentu
lalu
membacanya satu per satu. Beberapa hari ini, saya mulai menyicil proses
penulisan makalah. Memang tidak mudah. Tapi semuanya harus dimulai. Jika
tidak,
saya bisa kewalahan untuk menuntaskannya, atau malah terancam tidak
tuntas.
Saat
membaca beberapa buku dan jurnal, saya melihat bahwa tidak semua ilmuwan
memiliki kemampuan menulis yang bisa membuat kita lebih jernih melihat.
Banyak
di antara mereka yang malah gagal menghadirkan sensasi atau keterkejutan
atas
apa yang sedang dibahas. Namun ada pula yang bernas dan menulis dengan
penuh
daya ledak.
ilustrasi |
Saya
berkesimpulan bahwa artikel ilmiah yang baik bukanlah artikel yang penuh
dengan
kutipan atas tulisan banyak orang. Artikel yang baik adalah sebuah
dialog yang
dilakukan secara kontinyu antara seorang penulis dengan teks yang sedang
diakrabinya. Demi menyusun peta jalan sesuatu yang dituliskannya,
seorang penulis akan mengolah beragam material, mulai dari pengalamannya
sendiri, bacaan-bacaan, fiksi, komentar seseorang di tepi jalan, hingga
puisi atau syair yang berisi petunjuk atas apa yang hendak ditujunya.
Artikel
yang baik adalah artikel yang menyisipkan banyak pertanyaan-pertanyaan,
keraguan atas kebenaran yang bersarang di benak, serta berisikan kisah
perjalanan untuk menemukan kebenaran. Pada kisah itu, terselip kejujuran
seseorang untuk mengakui bahwa apa yang sebelumnya diyakini benar, tidak
selalu
benar pada akhirnya. Pada kisah itu, terselip sebuah pengharapan bahwa
sejauh-jauhnya pengelanaan menuju jantung pengetahuan, senantiasa akan
terbuka lapis-lapis misteri baru di jagad sains.
Maka seorang penulis atau peneliti adalah mereka yang merintis jalan untuk menemukan kenyataan sejati. Mereka tak pernah memberikan jawaban final, namun selalu memberikan isyarat, tanda, petunjuk, ataupun arah ke mana proses penumbuhan pengetahuan itu bergerak. Maka proses ilmiah menjadi proses perjalanan bagi seorang penulis atau peneliti untuk menemukan dirinya, serta momen untuk belajar dari setiap jengkal langkah kaki di belantara pengetahuan.
Maka seorang penulis atau peneliti adalah mereka yang merintis jalan untuk menemukan kenyataan sejati. Mereka tak pernah memberikan jawaban final, namun selalu memberikan isyarat, tanda, petunjuk, ataupun arah ke mana proses penumbuhan pengetahuan itu bergerak. Maka proses ilmiah menjadi proses perjalanan bagi seorang penulis atau peneliti untuk menemukan dirinya, serta momen untuk belajar dari setiap jengkal langkah kaki di belantara pengetahuan.
Sungguh
teramat sayang, karena diri ini masih amat jauh dari proses tersebut.
Saya
ibarat berpijak di pasir pantai, dan hanya bisa melihat mereka yang
sudah
menyelam pada lapis-lapis terdalam samudera pengetahuan. Entah
kapan bisa beranjak ke sana.
Terima kasih sudah menuliskannya Mas Yusran dan yang telah
membaca.
(Silahkan menafsirkan) semoga mendapatkan dan menemukan kenyataan sejati setelah membuka lapis-lapis misteri baru di jagad sains.
Athens, 20 Juli 2012
Sumber: http://www.timur-angin.com/2012/07/menulis-adalah-sebuah-perjalanan.html
No comments:
Post a Comment