21 November 2009
Menelisik Pesawat Kepresidenan RI
Sumber: Koran Sindo, Minggu, 15 November 2009 - 12:37 wib
MASKAPAI nasional di Indonesia selalu menjadi pilihan bagi para pemimpin negara dalam melakukan kunjungan kenegaraan. Garuda Indonesia Airways (GIA) dan Pelita Air Service (PAS) merupakan dua perusahaan yang menyediakan pesawat kepresidenan di Indonesia.
Meski sering menggunakan jasa penerbangan komersial, presiden juga punya pesawat kepresidenan khusus. Selama ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam berbagai kunjungan kenegaraan selalu menggunakan pesawat yang disewa dari perusahaan penerbangan Garuda Indonesia Airways. Pesawat jenis Airbus A330 dengan sejumlah variannya selalu dipergunakan Presiden SBY dan rombongan. A330-341 dan A330-300 merupakan dua varian dari A330 yang sering dipakai Presiden SBY.
Saat kunjungan ke Malaysia beberapa waktu lalu yang dilanjutkan ke Singapura untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) yang sekarang masih berlangsung, Presiden SBY dan rombongan menggunakan pesawat A330-300. Pesawat jenis ini yang dipergunakan Presiden SBY dan rombongan kala lawatan sepekan ke AS hingga Jepang pada September lalu.
Pesawat Garuda Indonesia Airbus 330-300 bernomor registrasi PK-GPE juga dipakai untuk terbang ke daerah gempa di Sumatera Barat.
Dalam kondisi normal, pesawat jenis ini sebenarnya bisa mengangkut hingga 293 penumpang. Namun, setelah menjadi pesawat kepresidenan, pesawat ini sudah dimodifikasi sesuai tingkat kebutuhan presiden hingga hanya bisa memuat maksimal 140-an penumpang. Varian A330-341 yang paling sering dipakai Presiden SBY saat berkunjung ke luar negeri. Pesawat jenis ini yang dipergunakan SBY pada November tahun lalu kala menghadiri KTT G-20 dan KTT APEC pada 2008 di Washington, AS dan Peru, serta negara lainnya.
Dengan begitu, jenis A330 tampaknya pilihan pemerintah untuk melayani presiden selama kunjungan ke luar negeri.
Airbus A330 merupakan pesawat berkapasitas besar, berbadan lebar, serta bermesin ganda. Pesawat ini oleh perusahaannya memang dirancang sebagai pesawat penumpang komersial. Jenis A330 merupakan pesawat yang diproduksi Airbus di Tououse, Prancis. Jenis ini telah diproduksi lebih dari 600 unit dan tersebar di seluruh dunia dan dipakai oleh banyak maskapai penerbangan komersial. Sementara itu, presiden atau wakil presiden selalu menggunakan pesawat kepresidenan RJ 85 milik PAS ketika bepergian di sejumlah wilayah di Tanah Air.
Pesawat buatan tahun 1992 ini dibeli Pertamina pada era Presiden Soeharto dan dijadikan pesawat khusus kepresidenan. Baik Presiden Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, maupun Megawati Soekarnoputri sering mengandalkan pesawat ini jika bepergian di dalam negeri.
Pilihan berikutnya pesawat TNI AU, jenis Fokker 28 dengan nomor register A2802 dan Boeing 737-200. Usia Fokker 28 memang cukup tua, diproduksi pada 1980. Sedangkan Boeing 737-200 diproduksi pada 1981, namun pesawat ini pernah dimodifikasi dengan tampilan lebih baru lagi. Jika tidak menggunakan pesawat-pesawat ini, presiden dan wakil presiden mencarter pesawat dari Garuda.
Pesawat Khusus
Sejak era kepemimpinan Presiden Soekarno, Indonesia sebenarnya mempunyai pesawat khusus kepresidenan. Kala itu pesawat yang dipakai Bung Karno adalah pesawat jenis Ilyushin Il-18. Pesawat ini pemberian dari Pemerintah Rusia. Pesawat yang diberi nama Dolok Martimbang inilah yang selalu membawa Bung Karno ke seluruh Nusantara.
Selain pesawat terbang jenis Ilyushin Il-18, Bung Karno juga pernah memakai pesawat jenis Boeing 707 sebagai pesawat kepresidenan. Pemakaian pesawat jenis ini oleh Bung Karno dilakukan tidak lama setelah Presiden Amerika Serikat juga memakai jenis yang sama. Pesawat Boeing 707 bukan milik negara, namun milik perusahaan penerbangan Pan American Airways (Pan-Am) yang disewa pemerintah. Penyewaan pesawat ini lengkap dengan para awaknya untuk melayani presiden selama perjalanan. Selain itu, Bung Karno juga tidak hanya mempunyai pesawat kepresidenan.
Pada 1961 ketika berkunjung ke Washington, AS dia diberi hadiah sebuah Holikopter Sikorsky oleh Presiden AS John F Kennedy. Moda transportasi udara itu oleh Bung Karno dijadikan helikopter kepresidenan. Helikopter inilah yang sering dipakai Bung Karno ketika berkunjung ke Istana Bogor setiap akhir pekan. Bung Karno juga pernah memakai pesawat Jetstar yang dibeli pemerintah dari perusahaan Lockheed.
Saat pergantian pemimpin pemerintahan tampaknya pesawat kepresidenan juga berganti. Presiden Soeharto yang menggantikan Bung Karno tidak pernah memakai pesawat yang pernah dipakai Bung karno. Pada awal pemerintahan Presiden Soeharto menggunakan pesawat C-130 Hercules milik TNI AU untuk kunjungan dalam negeri. Ketika lawatan ke luar negeri, Presiden Soeharto menyewa pesawat milik Garuda Indonesia Airways (GIA). Dalam lawatan pertamanya ke luar negeri pada era 1966, Soeharto saat masih menjadi Pj Presiden mempergunakan pesawat jenis DC-8.
Setelah perekonomian mulai membaik, Presiden Soeharto mempunyai pesawat kepresidenan jenis Fokker F-28 yang dibeli dan dioperasikan perusahaan penerbangan Pelita Air Service (PAS) yang merupakan anak perusahaan Pertamina. Model interior pesawat ini tentu dimodifikasi untuk kebutuhan kepresidenan. Di dalamnya ada tempat khusus presiden yang terpisah dari penumpang lain. Pesawat yang awalnya bisa membawa 85 penumpang, setelah dimodifikasi hanya berkapasitas 40 penumpang.
Selain itu, Presiden Soeharto juga mempunyai pesawat kepresidenan jenis BAe-146 buatan British Aerospace, Inggris. Dia juga menggunakan pesawat DC-10 milik GIA saat berkunjung ke luar negeri. Di dalam pesawat itu ada kamar tidur khusus presiden. Pesawat kepresidenan lain yang dipakai Presiden Soeharto adalah pesawat jenis A330. Ini pesawat kepresidenan pertama dari perusahaan Airbus. Pesawat inilah yang sering dipakai Presiden Soeharto hingga dia lengser pada 1998.
Kini dominasi pemakaian pesawat dari Garuda tampaknya belum akan terpatahkan dalam waktu dekat. Pemerintah, DPR, dan masyarakat masih belum menyetujui ada pesawat khusus kepresidenan yang dimiliki dan dikelola pemerintah.
Sebaiknya Dikelola Militer
Menurut pengamat penerbangan Chepy Hakim, kebutuhan pesawat kepresidenan jika dilihat dari sudut finasial memang masih dalam perdebatan. Namun dari segi pengamanan pesawat kepresidenan sangat dibutuhkan. Selanjutnya, Chepy menjelaskan, untuk pertimbangan tingkat pengamanan presiden dan wakil presiden, sebaiknya pengelolaan pesawat kepresidenan dilakukan oleh militer.
"Kesiapan tempur (combat ready) tentara lebih terjamin. Mereka (militer) bisa lebih siap pada berbagai situasi dalam 24 jam," ujar Chepy.
Selain itu secara kesinambungan tidak perlu koordinasi yang panjang dengan pihak maskapai. Jika dilakukan oleh tentara proses kaderisasinya jelas, sehingga kesinambungan tugas bisa cepat dilakukan. Hal ini berbeda jika dikelola oleh pihak swasta. Biasanya yang ditugaskan untuk melayani memang pegawai atau pilot senior, namun mereka tetap membutuhkan lebih banyak waktu, belum lagi jika ada pergantian personel.
Mantan Kepala Staf Angkatan Udara ini mencontohkan pesawat Air Force One milik pemerintah AS semua awaknya merupakan tentara pilihan. Dengan begitu, tingkat keamanannya sangat terjamin. "Tentara akan selalu siap jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di waktu yang tidak diperhitungkan," ungkap Chepy.
dicopy dari: http://suar.okezone.com/read/2009/11/15/283/275666/menelisik-pesawat-kepresidenan-ri
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment