Beginilah pesan Sukarno kepada Universitas Airlangga pada 10 November 1960 yang dibacakan oleh Presiden Universitas saat itu.
Chusus terhadap Universitas Airlangga, termasuk para guru besarnja, para kurator-kuratornja, para mahasiswanja, dan semua pengasuh-pengasuhnja saja pesan: Djangan sampai Universitas Airlangga ketinggalan dalam mendidik kader-kader (bangsa) ini. Djangan sampai Universitas Airlangga melupakan djiwa “ilmu untuk amal”, Djangan sampai Universitas Airlangga lupa kepada semangat pahlawan-pahlawan kita.
“Djadikanlah Universitas Airlangga pusat ilmu jang menjinarkan amalnja untuk menebus jasa pahlawan-pahlawan kita” (Pesan Sukarno pada Dies ke-6 UA, 10 November 1960)
Setelah wafat pada tahun 1049, Raja Airlangga diabadikan dalam patung yang mencerminkan Batara Wisnu yang mengendarai Garuda membawa guci berisi “Amrta” yakni air kehidupan abadi. Simbol ini mencerminkan sikap dan tindakan Prabu Airlangga yang senantiasa memelihara kehidupan manusia. Penggunaan nama Airlangga sebagai nama universitas ini bertujuan agar universitas Airlangga terus menjadi sumber ilmu yang kekal bagi seluruh sivitas akademika dan senantiasa mengembangkan peradaban manusia.
Setelah bubarnya Republik Indonesia Serikat (RIS) dan berdirinya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pemerintah mendirikan Universitas Airlangga. Universitas ini adalah gabungan dari dua universitas yang berbeda, yaitu Universiteit van Indonesia yang didirikan oleh negara federal dan Universitas Gadjah Mada milik republik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendirian Universitas Airlangga merupakan penyatuan dua universitas yang berbeda dan secara politis pernah berseberangan. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika kita mengatakan bahwa Universitas Airlangga adalah Universitas Pemersatu. Spirit persatuan inilah yang mestinya terus kita hidupkan dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan di masa-masa mendatang.
bersambung......
No comments:
Post a Comment