RESENSI NOVEL
- Judul : Pasar
- Pengarang : Kuntowijoyo
- Penerbit : Bentang
- Tebal Buku : 274 hlm.
- Tahun Cetak : Cetakan pertama, Maret 1994
- Ringkasan Cerita:
Pak Mantri Pasar adalah seorang yang sangat mengagungkan budaya tradisional Jawa. Dalam setiap gerak-geriknya, ia tak pernah lepas dari budaya-budaya asli Jawa. Dalam beretika, berbicara, hingga berpikir pun adat-adat Jawa selalu diutamakannya. Tanpa terkecuali. Ia memiliki bawahan bernama Paijo yang hanya seorang pemuda tidak berpendidikan. Akan tetapi, karena kedekatannya dengan Pak Mantri, pola pikirnyapun tidak jauh berbeda dengan Pak Mantri.
Cerita tersebut berawal dari kisah Pak Mantri Pasar dalam memperjuangkan pasar yang ia kelola. Peraturan pasar sangat ia junjung tinggi demi mencapai kemajuan bgi pasar yang ia kelola. Ia harus rela berangkat pagi-pagi untuk mengecek kesiapan pasar untuk digunakan para pedagang, dan lain sebagainya. Termasuk menggalangkan penarikan karcis bagi setiap pedagang yang berjualan dipasar yang ia kelola. Selain itu, ia juga memiliki peliharaan berupa burung yang setiap hari ia rawat dengan penuh kasih. Baginya, hak makhluk hidup untuk hidup sangat penting. Ia juga disegani semua orang dikampungnya. Tanpa terkecuali kepala Polisi dan Pak Camat.
Awalnya kegiatan mengelola pasar berjalan dengan tenang. Hingga akhirnya timbul sebuah konflik. Para pedagang tidak mau lagi membayar karcis. Mereka merasa dirugikan oleh tingkah burung milik Pak Mantri yang sering kali mengganggu para pedagang. Burung itu memakan barang dagangan lah, buang kotoran dimana-mana lah, intinya para pedagang merasa dirugikan akan keberadaan burung-burung itu. Sampai-sampai mereka mengancam akan membunuh semua burung-burung itu. Sontak Pak Mantri merasa sakit hatinya. Karena bagaimanapun juga burung-burung itu memiliki hak untuk hidup. Rasa sakitnya bertambah ketika Zaitun, perempuan yang sangat dipedulikannya pun ikut membenci burung-burung miliknya. Zaitun beranggapan bahwa burung tersebut pula lah yang menjadikan Bank yang ia kelola menjadi sepi penabung.
Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh tokoh lain (Kasan Ngali) dengan cara membuka pasar baru yang berada dipekarangan rumahnya yang luas. Keadaan tersebut menjadikan Pak Mantri merasa sangat terpukul. Orang-orang mulai menjauhinya. Memebencinya. Pak Mantri mulai melakukan tindakan perlawanan untuk mencegah agar pasar yang ia kelola tidak ditutup begitu saja. Ia melaporkan tindak pembangkangan para pedagang kepada petinggi-petinggi kecamatan. Termasuk kepada kepala Polisi. Ia juga melaporkan perbuatan Kasan Ngali yang dianggap tidak mendukung kemajuan pasar Negara dengan cara membuka pasar illegal dan menyuruh para pedagang untuk pergi dari pasar yang dikelola Pak Mantri.
Usaha Pak Mantri tidak sia-sia. Petinggi kecamatan meresponnya dengan baik. Kemenangan berada dipihak Pak Mantri Pasar dan anak buahnya, Paijo. Ia pun tak lagi berselisih dengan Zaitun. Akan tetapi, Zaitun–perempuan yang baik budinya dan penuh lemah lembut–harus pergi meninggalkan kampung tersebut dan meninggalkan kenangan manis disana.
- Elaborasi antara judul dan keseluruhan cerita:
Elaborasi antara judul dan keseluruhan cerita digambarkan pada kutipan awal cerita yang menggambarkan suasana pasar Gemolong.
Hari masih pagi dipasar itu. Matahari kunig kemerahan, berbinar-binar menyentuh gumpalan-gumpalan daun asam di atas los-los pasar. Di bawah pohon asam itu masih dingin. Los-los pasar dari besi dengan atap yang lumutan berjajar sepi. Sedikit saja orang. Mereka membuka bungkus-bungkus dagangan menggelarnya di lantai, di bawah los-los pagar atau di emper, atau di jalanan. Hai itu hari Pahing yang biasa, kalau mencari keramaian hari pasar, pada Kliwon-lah. Namun, mereka pun bersabar menunggu datangnya kesibukan. Juga hilir mudik di jalanan berbatu di muka pasar.
Juga dijelaskan melalui konflik-konflik yang terjadi pada keseluruhan cerita yang semuanya berujung pada permasalahan pasar dan perkembangannya. Penggambaran tokoh Protagonis (Pak Mantri Pasar) pun digambarkan dengan cara melalui perkataannya, tingkah lakunya, dan pola pikirnya dalam mengelola pasar yang ia kelola. Begitu pula dengan penggambaran watak tokoh Antagonis (Kasan Ngali) yang juga dijelaskan melalui tingkah laku dan pola pikirnya yang licik dalam mengupayakan kehacuran pasar yang dikelola tokoh Protagonis.
Dapat disimpulkan bahwa keseluruhan bagian novel merupakan Elaborasi antara judul dengan keseluruhan cerita. Sehingga judul cerita sudah bisa menggambarkan isi cerita.
- Cara pengarang membuka dan menutup cerita:
Pengarang membuka cerita dengan cara menggambarkan watak tokoh utama (Pak Mantri Pasar) dengan dibarengi kalimat-kalimat yang mengandung unsur amanat. Selain itu, pengarang berusaha memulai cerita dengan cara mengemukakan inti konflik dalam cerita, yaitu pembangkangan para pedagang terhadap Pak Mantri Pasar dengan cara tidak mau membayar karcis dan menyalahkan burung milik Pak Mantri Pasar sebagai penyebab semua permasalahan tersebut. Pengarang mengguanakan pola Akibat-Sebab diawal cerita. Pada paragrap pertama dijelaskan akibatnya, para pedagang membangkang. Kemudian pada paragrap berikutnya pengarang menjelaskan sedikit demi sedikit mengenai penyebab terjadinnya konflik. Seperti aktifitas burung milik Pak Mantri yang dinilai mengganggu kegiatan pasar. Pendeskripsian setting juga merupakan salah satu cara pengarang dalam membuka cerita. Pengarang menjelaskan suasana, waktu, dan tempat dengan begitu detil. Kita dapat dengan mudah membayangkan suasana yang ada diawal cerita tersebut. Penggambaran setting tersebut tercantum dalam kutipan dibawah ini.
Hari masih pagi dipasar itu. Matahari kunig kemerahan, berbinar-binar menyentuh gumpalan-gumpalan daun asam di atas los-los pasar. Di bawah pohon asam itu masih dingin. Los-los pasar dari besi dengan atap yang lumutan berjajar sepi. Sedikit saja orang. Mereka membuka bungkus-bungkus dagangan menggelarnya di lantai, di bawah los-los pagar atau di emper, atau di jalanan. Hai itu hari Pahing yang biasa, kalau mencari keramaian hari pasar, pada Kliwon-lah. Namun, mereka pun bersabar menunggu datangnya kesibukan. Juga hilir mudik di jalanan berbatu di muka pasar.
Pengarang menutup cerita dengan cara menyampaikan amanat melalui tokoh utama. Amanat yang disampaikan pada akhir cerita merupakan amanat inti dari amanat-amanat lain dalam cerita tersebut. Penulis menegaskan orang yang tingkahnya buruk pasti akan kalah. Begitupun sebaliknya, orang yang selalu berbuat baik pasti akan selalu menang.
- Konflik:
Konflik yang ada pada cerita tersebut dikembangkan secara wajar. Hubungan antara konflik yang satu dengan yang lainnya berkaitan. Berawal dari suatu hal kecil yang dikembangkan dengan perlahan kemudian menjadi konflik besar dan serius. Seperti konflik yang awalnya hanya merupakan konflik ringan seperti burung dara yang menggangu aktifitas perdagangan. Kemudian berkembang menjadi konflik yang lebih serius ketika burung-burung tersebut memakan barang dagangan para pedagang. Hingga para pedagang mulai membenci tokoh utama. Konflik tersebut berkembang menjadi konflik yang sangat serius ketika para pedagang mulai tidak mau membayar uang karcis dan ada pula sebagian yang pindah tempat untuk berdagang. Konflik yang paling menarik adalah konflik batin yang terjadi antara tokoh Protagonis dengan tokoh Antagonis dalan cerita itu. Cara penyelesaian konflik pada keseluruhan cerita cenderung sama. Setiap konflik diselesaikan dengan cara menonjolkan sifat sabar tokoh utama. Tokoh utama terkesan selalu mengalah dan menerima keadaan meskipun kadang sesekali ada hasrat ingin membalas dan membelikan kedudukan dari tertekan menjadi menekan. Seperti pada kutipan cerita dibawah ini.
Agak lambat pintu itu dibuka. Pak Mantri yang sudah bersedia untuk marah pada Zaitun itu berdiri kaku dimuka pintu. Dipikir-pikirnya perbuatannya yang akan dilakukan itu. Yah, beruntunglah pintu itu tak segera dibuka. Masih ada kesempatan bagi Pak Mantri untuk bersabar. Marah boleh, tapi jangan pada wanita. orang yang baik ialah orang yang sukar marah, dan bila sekali terlanjur marah, mudah redanya. Itulah Pak Mantri.
- Alur:
Alur yang digunakan oleh pengarang yaitu alur ganda. Pengarang menyajikan cerita dengan mengemukakan bagaimana akibat dari konflik dalam cerita. Dalam kategori ini pengarang menggunakan alur mundur. Kemudian penyebab dari konflik yang merupakan pemaparan selanjutnya berupa alur maju. Berikut kutipan mengenai alur mundur yang terdapat pada paragraf awal.
Tidak ada yang aneh di dunia. Apa pun bisa terjadi, dunia tak selebar daun kelor. Lagipula, orang-orang lain pun ikut bertanggung jawab untuk keributan itu. Karena burung-burung dara Pak Mantri Pasar, para pedagang tak mau membayar karcis. Mereka menggambarkan peristiwa itu sebagai ‘pagar makan tanaman’. Artinya, kesalahan ada dipihak Pak Mantri Pasar. Bersabarlah, segala sesuatunya akan diurutkan.
- Penggambaran peristiwa kemasyarakatan:
Dalam kaitannya dengan penggambaran peristiwa kemasyarakatan, pengarang nampaknya sangat paham dengan kehidupan sosial masyarakat Jawa. Kehidupan sosial masyarakat Jawa jelas terlihat di dalam keseluruhan cerita. Penggambaran tersebut dapat dengan mudah kita temukan dari segala aspek cerita, tokohnya, peristiwanya, bahasa yang digunakan, setting, ataupun semua aspek di dalam cerita. Cerita di dalam novel tersebut mutlak menceritakan kehidupan sosial masyarakat Jawa, tanpa ada campuran dari kehidupan sosial masyarakat daerah lain. Berikut contoh kutipan mengenai penggambaran peristiwa kemasyarakatan melalui bahasa yang digunakan dalam cerita.
Dan orang bersorak. Pemuda-pemuda berdiri ditempat duduknya. Rokok-rokok dilempar ke panggung. Lalu, suit-suit! Ai laf yu darling! Wah nek ngene aku emoh! Sewengi gak iso bubuk rek! Aku wegah mulih, yu! Kowe gelem po karo aku! Dan diantara orang yang melemparkan rokok ke panggungg itu ialah Kasan Ngali.
- Nilai positif yang bisa dipetik:
Dari awal cerita sampai ke bagian akhir cerita, banyak sekali terdapat amanat yang secara tidak langsung merupakan pesan yang disampaikan pengarang kepada para pembaca. Amanat-amanat tersebut kebanyakan disampaikan dari tokoh utama itu sendiri. Dari berbagai macam amanat yang disampaikan, tentunya mengandung nilai-nilai yang patut pembaca cernati.
Selain itu, pengarang berusaha untuk memaparkan kepada pembaca bahwa tradisi asli Jawa merupakan sesuatu yang sangat penting yang bisa kita pakai sebagai modal dalam hidup bermasyarakat.
Sumber: http://achmadadieb.wordpress.com/2010/06/17/analisis-novel-%E2%80%98pasar%E2%80%99-karya-kuntowijoyo/
No comments:
Post a Comment