19 January 2014

Dubash: Sebagian dari Kontribusi Konsep dari Sejarah India

by: La Ode Rabani



Dalam satu sub judul tulisan yang dihasilkan dari program Tanap tentang India, berjudul “coconuts and dubashes” ikut menarik perhatian saya karena kata itu belum pernah saya kenal sebelumnya. Kata pertama begitu familier dan tentu saja saya tidak mungkin lupa kata itu karena sebagai pelaku dan dan juga suka terhadap benda itu. Nah, kata kedua “dubashes” benar-benar mendorong adrenalin saya untuk tahu dan mengapa harus disandingkan dengan coconuts.
                Jawaban pada pertanyaan itu coba saya jawab dengan kamus dan google translate, hasilnya nihil. Namun saya tidak kurang akal, karena google selalu menyediakan data untuk menjawab kata kunci (key word) untuk semua pencarian di kolom search. Hasilnya pun tidak mengecewakan, dan setelah mencermati, saya pun paham terhadap data yang dihadirkan dan bersumber dari India. Bagaimana arti sebenarnya? Di bawah ini jawabannya.
Dubash adalah kata dari orang-orang Hindustan yang secara harfiah berarti orang yang menguasai dua bahasa, atau dalam menjalankan fungsinya menjadi seorang penerjemah. Secara harfiah terdiri dari kata dho, artinya dua, dan bash atau bashi, artinya bahasa, dan jika digabungkan menjadi dhobash atau dubash. Kehadiran istilah ini tidak lepas dari sejarah kekuasaan colonial Inggris di India khususnya di Madras pada abad ke-17-19. Para Dubash ini menjadi penerjemah dan menjadi mediator antara pedagang local dan pedagang Inggris di Madras. Pada perkembangannya Dubash dalam menjalankan fungsinya berubah tidak hanya sekedar menjadi mediator dan penerjemah bahasa antara pedagang dalam transaksi ekonomi dan politik antara penduduk local dengang Inggris atau pedagang asing lainnya. Mereka kemudian menjadi pedagang perantara. Peran mereka diperluas karena keuntungan yang menjanjikan dari profesi mereka yang semula hanya sebagai juru bahasa. Mereka kemudian menjadi pedagang dan pengusaha pada perkembangan kemudian.
Para Dubash yang terkenal  adalah gubernur Perancis Pondicherry, dan Pachiyappa Mudaliar lahir di Kanchipuram adalah salah satu dubashes paling terkenal dari Inggris. Avadhanam Paupiah adalah salah satu dubashes paling berbakat tetapi juga yang paling terkenal di paruh kedua abad ke-18 sampai awal abad ke-19.
 
Orang-orang asing yang tidak mengetahui bahasa lokal dan sistem perdagangan serta nilai komoditas lokal menjadi tergantung pada dubashes bilingual ini, sehingga mereka juga mengambil kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari pedagang Eropa serta para pedagang pribumi dengan memberikan informasi palsu tentang nilai-nilai dari komoditas untuk kedua belah pihak. Sebagai gambaran, mereka (para dubash) menetapkan harga tinggi bagi komoditi pribumi dan tidak mau menurunkan harganya, padahal mereka mereka membeli komoditi itu dengan harga yang sudah turun dari harga yang sudah rendah. Keuntungan inilah yang dimanfaatkan oleh para dubash sebagai pedagang perantara. Sebuah potret memanfaatkan bahasa untuk memperoleh keuntungan dari situasi social yang sedang berkembang dan saling ketergantungan.
Dalam catatan sejarah perusahaan inggris digambarkan bahwa dubashes pada awalnya adalah pelayan, tetapi kemudian mereka menjadi 'agen' dan 'broker'. Pada tahun 1679, ada 12 dubashes di Madras. Dengan pertumbuhan kegiatan komersial, administrasi perusahaan menunjuk Kepala Dubash pada tahun 1679 untuk melakukan layanan tambahan di luar kegiatan komersial rutin. Misalnya, ketika kelaparan parah melanda Madras pada 1686 dan 1687, Perusahaan meminta mereka untuk mendistribusikan makanan pada warga yang kelaparan.
Pada awal abad ke-18, dubashes adalah pedagang terkemuka di antara penduduk asli di Madras. Pada tahun 1717, empat pedagang utama sebagai dubashes adalah Sunca Raman Chetty, Bell Chetty, Colloway Chetty, dan Callastry Chetty. Sunca Raman Chetty diizinkan untuk membeli sebuah rumah di Gerbang Tengah di jalan Thomas Frederick untuk digunakan sebagai gudang kain. Pada 1724, Pedagang Kepala adalah Sunga Rama dan Thumby Chetty.
Dubashes memainkan peran penting dalam urusan politik  di Fort St George. Kenalan dekat mereka dengan Gubernur dan pejabat tinggi pemerintahan dan juga pimpinan  perusahaan memberi mereka peran yang cukup besar dalam hal politik, jasa mereka sebagai penerjemah, agen, atau penerjemah sangat diperlukan. Mereka berperan dalam membantu membuat perjanjian komersial dan politik dengan kekuasaan lokal. Seperti yang dilakukan oleh Avadhanum Paupiah, seorang Brahmana dari Nellore mendapatkan uang melalui hubungan yang erat dengan Gubernur Jon Holland (1789) dan saudaranya Edward Holland, anggota ketiga dari Gubernur di Dewan dan Presiden Dewan Pendapatan yang dibentuk pada tahun 1786. 
Demikianlah sejarah dari lahirnya konsep “dubashes” dalam sejarah India dan memberi kontribusi pada perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya di Asia Tenggara yang bahasa dan budayanya amat beragam.

Sumber: Tulisan di atas di adaptasi dari karya-karya berikut:
M. Sundara Raj,  dalam : http://madrasmusings.com/Vol%2018%20No%2023/the-dubashes-of-olde-madras.html
S. Mutiah,  dalam http://www.hindu.com/mp/2009/08/03/stories/2009080350470200.htm
Who are the dubashes?