11 May 2015

AMAHOLU KAMPUNG HALAMANKU: (TENTANG SEJARAH DAN BUDAYA)


Penulis : Kasman Renyaan (KHAREN)

Prolog

Tulisan ini sekedar pandangan penulis tentang situasi dan kondisi kampung halaman. Amaholu adalah sebuah Dusun pentuanan Negeri Luhu, yang terletak di pesisir pantai Huamual Barat, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku. Walaupun tulisan ini belum begitu sempurna, sebab masih banyak yang perlu disempurakan. Namun kiranya tulisan ini dapat membantu memperluas pemahamanku dan kawan-kawan, yang berasal dari kampung Amaholu. Disini aku hanya memaparan sedikit, dari berbagai ragam masalah yang perlu ditelusuri. Guna dapat dijadikan sebagai pemahaman dasar, dalam menceritrakan kampung halaman.

Dari tulisan inilah juga, kiranya bisa memotivasi kawan-kawan untuk memberikan informasi baik lisan maupun tulisan, demi mencapai kesempurnaan dalam menceritrakan kampung Amaholu. Masukan, dan kritikan yang sifatnya membangun akan sangatlah dihargai penulis. Sehingga dari setiap permasalahan yang dikaji dapat dijadikan pemahaman bersama, khususnya generasi muda masa depan Dusun Amaholu. Dan dapat bermanfaat untuk orang-orang yang berasal dari Dusun Amaholu, sehingga mereka tidak mudah melupakan kampung halaman mereka.

Tidak terjadi distorsi dalam menceritrakan asal muasal Dusun Amaholu. Tidak terjadinya pencaplokan budaya setempat, dan dapat menumbuk-kembangkan tatanan budaya masyarakat yang telah lama sirna didalam kehidupan Masyarakat Dusun Amaholu.

Budaya gotong royong, budaya saling membantu, budaya kerajinan tangan tradisional seperti menganyam tikar dan lain-lain, menjadi sebuah kebanggaan dan budaya asli masyarakat Amaholu. Pada rinsipnya budaya tersebut harus di pertahankan masyarakat agar masyarakat Amaholu tidak tergiur oleh masuknya budaya luar yang menyebabkan masyarakat lebih berfikir induvidualime dari pada haru hidup dalam kebersamaan.

Memahami Sejarah Kampung

Amaholu adalah kampung yang penuh sejarah dan bersejarah. Dengan tatanan budaya dan adat istiadat yang sanggat di kagumi kampung-kampung lain, terutama dipesisir Huamual Barat, Seram Bagian Barat, Maluku. Namun banyak orang lupa akan kenangan, keindahan, dan sejarah kampungnya sendiri. Akibat dari mereka menanggap itu tidak penting. Kampung tidak penting, karena tidak ada sesuatu yang penting bagi mereka pemangku kepantingan, terutama untuk kepentinggan bangsa dan Negara ini. Tidak penting karena tidak dapat memberikan kontribusi dalam hal peningkatan pendaptan Belanja daerah dan Negara. Bahkan pemerintah setempat pun enggang melirik. Singkat kata jika sebuah kampung tidak mempunyai SDM yang melimpah maka kampung itu tidak penting bagi orang lain, kecuali hanya sebagian orang penghuini kampung tersebut. Banyak orang lebih senang tingal di kota dari pada harus bertahan hidup dikampung sendiri. Dorongan untuk tetap pertahan hidup dikota disebakan karena kota dapat menjawab semua tuntutan dan kebutuhan hidup. Semuanya serba modern dan tidak ketinggalan zaman, seperti orang-orang yang tinggal di kampung.

Namun bagi saya sejelek apapun kampung halaman kita, itulah kampong. Kita tidak harus melupakanya begitu saja, sebab di kampung masyarakat masih saling hormat menghormati, gotong-royong dan masih punya sifat solidaritas yang tinggi. Kebutuhan hidup masih bisa meminjam tetangga, sahabat, dan sanak saudara. Sedangkan di kota hidup yang serba modern, namun prinsip siapa Lue… dan siapa Gue..Orang hanya bisa melirik jika hidup ada apanya ? bukan apa adanya?

Amaholu adalah Kampung halaman yang telah membesarkan penulis dan generasi Ikatan Pelajar Mahasiswa Amaholu (IPMAM), saat ini. Banyak tersimpan kenangan masalalu.Masa kecil disaat bersaman teman-teman sekampung. Di kampunglah kami bisa berbagi rasa dan perasaaan kepada orang-orang yang berada disekitar.

Ada beberapa hal yang kutulis dalam tulisan ini. Sesuai hasil rancangan penelitian penulis, yang telah dikaji dan diseminarkan secara ilmiah di Program Studi Pendidikan Sejarah, konsentrasi Pendidikan Antropologi, Universitas Pattimura, Ambon 2011 lalu. Diantaranya, tentang situsasi dan kondisi perkampungan yang menyangkut histori-budaya masyarakat seperti., Sejarah Singkat Terbentuknya Dusun Amaholu, Luas Dan Letak Dusun, Sistem Religi/keagamaan, Sistem matapencahrian hidup, Keadaan Pendidikan, dan bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan masyarakat Dusun Amaholu.

1. Sejarah Singkat Terbentuknya Dusun Amaholu

Dusun Amaholu merupakan salah satu dusun petuanan di Negeri Luhu. Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku. Tepatnya berada di Wilayah pesisir pantai Huamual Barat.

Masyarakat Dusun Amaholu secara historis berasal dari daerah Buton, provinsi Sulawesi Tenggara. Awal mulanya, masyarakat Amaholu berasal di daerah Holimombo. Namun kemudian, datanglah sekelompok orang dari daerah Kasse, sehingga masyarakat dusun Amaholu saat ini adalah masyarakat yang mayoritas bersalah dari etnis buton Kasse, tetapi masi menyandang status etnis Buton Cia-Cia. Kedatangan mereka di Pulau Seram disebabkan dua factor, yaitu

a. Dari factor internal, (factor pendorong, dapat diketahui bahwa munculnya inisiatif masyarakat untuk mencari daerah-daerah baru yang masih subur. Factor ini juga disebabkan karena Daerah Holimombo dan Kase kala itu, sudah tidak lagi menjamin kebutuhan hidup masa depan generasi. Kondisi alam yang mulai tandus inilah, sehingga sudah tidak banyak membuhkan hasil dalam bercocok tanam yang menyebabkan masyarakat setempat berkeinginan untuk mencari daerah-daerah baru yang masih subur. Serta jumlah penduduk yang setiap saat semakin meningkat.

b. Factor Ekternal (factor penarik), yaitu dengan ditemukannya daerah-daerah baru oleh para pelayar dan pelaut ulung. Adanya daerah baru ini, sehingga dengan sendirinya memaksa meraka untuk mencoba bercocok tanam. Ketika hasil bercocok tanam itu, mulai mebuahkan hasil. Masyarakat berkeingianan agar tanaman itu harus dijaga dan dirawat, agar bisa menikmati hasilnya dikemudian hari. Maka, munculah inisiatif membuat rumah, yang kemudian tumbuh berkembang mencadi sebuah perkampungan kecil.

Ketika daerah baru yang masih kosong itu, dapat menjamin masadepan generasi. Masyarakat yang telah menetap pun mulai menginformasikan hal itu kepada masyarkat lainya yang masih berada di tanah Buton. Melalui para pelayar dan pelaut ulung yang datang dan pergi mencari suaka tersebut. Dapat dinformasikan kala itu, bahwa sesungguhnya pulau Seram, khususnya tak jauh dari unjug pulau seram (tanjung sial), kondisi alamnya damat menjamin kelangsungan generasi. Atas informasi itulah, bebrapa orang kepala keluarga dari Buton Holimbo berkeinginan untuk mencoba menetap dan bertahan hidup di daerah huamual. Maka datanglah bebrapa orang kepala keluarga sebagai percobaan awal menempati daerah baru itu. Mereka datang dengan menggunakan perahu. Perahu itu oleh masyarakat Amaholu disebut bang’gka. Perahu itu hanya mengunakan layar, tanpa mesin, sehingga Pelayaran yang dimulai dari pulau Buton menuju pulau Seram memang membutuhkan waktu sampai berbulan-bulan. Sebab kecepatan perahu tergantung kencangnya angin muson.

Dalam catatan sejarah bahwa kedatangan masyarakat di dipulau Seram dan menetap dipesisir pantai Huamual Barat, saat ini menjadi Dusun Amaholu, terjadi dua gelombang, yaitu gelombang pertama, dari daerah Holimombo. Kemudian kedatangan gelombang kedua berasal dari daerah Kasse. Gelombang pertama dari daerah Holimombo yaitu sebuah keluarga batik, yaitu dari keluarga Haji Mu’min dan Hj Siti Rabea. Sepasang suami istri inilah yang pertama kali datang dan menetap di Dusun Amaholu.

Mereka sebagai pasangan suami istri ini, mulanya mencoba pergi dari kampung halaman dan menjalani kehidupan perantauan. Tepatnya di pesisir pantai Huamual Barat. Sesampainya di Pulau Seram, mereka singgah disuatu tempat untuk beristirahat. Tempat itu dinamakan Tanjung Hou yang artinya persinggahan, ditempat inilah kemudian mereka mendirikan rumah. Namun melihat situasi dan kondisi yang kurang tepat untuk bermukim waktu itu, kemudian mereka pindah disuatu tempat yang jaraknya kurang lebih 1 Km dari Tanjung Hou. Ditempat itulah, mereka melangsungkan hidup dan kehidupan hingga saat ini. Tempat itu mereka namakan Amaholu. (Wamounga, 15/06/2011).


Dusun Amaholu

Amaholu berasal dari kata Ama dalam bahasa Buton Cia-Cia artinya bapak. Kemudian Holu = Ikatan. Jadi Amaholu adalah sebuah ikatan antara seorang bapak dengan seorang anak. Maksudnya bukan hanya untuk anak kandung tetapi, setiap orang yang datang dari Pulau Buton dipanggil dan dijadikan sebagai anak angkat untuk tinggal di Amaholu, kedatangan mereka bersamaan dengan beberapa orang keluarga yang kemudian menyebar di dusun-dusun lain yang yang beretnik buton Cia-Cia, diistilakan saat ini dengan 19 Dusun saat ini. Ketertarikan mereka datang dan menetap di Amaholu karena dulunya terkenal dengan kesuburan tanah untuk bercocok tanam dan terkenal dengan penghasil kayu Damar, Gaharu dan lain sebagainya. (Hasil penelitian, bukti lisan pak Kardin, wawancara 19 Juli 2011).

Alasan yang mendukung dan memperkuat, Haji Mu’min dan Haja Siti Rabea adalah orang yang pertama kali menempati dusun Amaholu. Bahwa dapat di buktikan dengan banyaknya warisan tanah leluhur yang di miliki. Dari kakulasi banyaknya tanah, Pertama terhitung mulai di dalam kampung Amaholu sendiri kala itu, kurang lebih sepuluh meter perbatasan tanah, Kali Mati, pertengahan kampung, yang membelah dusun Amaholu atau istilah Alepeno, sampai dengan sebelah Utara berbatasan dengan tanah umum, mendekati lokasi tanah sekolah MTS Muhamadiyah Amaholu saat ini. Kedua, lokasi tanah perkebuanan sedikit pohon kelapa, pohon mangga, yang masih dekat, yaitu diatas kampung Amaholu sendiri. Tanah-tanah itu awalya adalah milik mereka. Keturunanya adalah termasuk diantaranya keluarga almarhum Haji Ahmad Yani.

Silahkan masyarakat Amaholu mengkleim tapi, mari kita lihat kembali awalnya, status kepemilikan tanah perumahan padat penduduk Dusun Amaholu yang di tempati itu, mulaya didapatkan atau dari keluarganya siapa,..? Kala itu, kadang mendirikan sebuah bangunan rumah tampa ada bayaran, sebab dengan pendekatan kekeluargaan..? betul.

Kemudian gelombang kedua disusul oleh orang-orang Kase. Kedatang orang-orang Kasse juga tidak lain untuk mencari hidup dan kehidupn baru di kampung Amaholu kala itu. Mereka datang dan menetap di Dusun Amaholu. Sehingga masyarakat Dusun lain menaggap bahwa Dusun Amaholu berasal dari masyarakat Buton Kase umumnya, padahal anggappan ini adalah keliru. Karena masyarakat Kase boleh dibilang pendatang baru karena sebelumnya telah dihuni oleh beberapa keluarga yaitu berasal dari holimombo. Baru kemudian munculah orang-orang yang berasal dari Wasampela (Kase) dan menetap didusun Amaholu. Kehidupan mereka pun rukun dan damai. Budaya saling membantu satu dengan yang lain masih tetap dijaga., (Wamounga, Wawancara : 15 Juli 2011).

2. Keadaan Geografis
Dusun Amaholu terletak di pesisir pantai Huamual Barat. Dusun Amaholu merupakan salah satu bagian dari dusun-dusun yang termasuk petuanan Negeri Luhu. Sebagai sebuah dusun yang berada di pesisir pantai menyebabkan letaknya strategis, sebab diapit oleh dusun-dusun tetangga yang juga bernaung pada Negeri Luhu. Untuk lebih jelasnya keadaan georafis Dusun Amaholu dapat di ketahui yaitu:


a. Letak Dusun Amaholu.

Letak Dusun Amaholu berdekatan dengan beberapa Dusun sebagai berikut :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Dusun Losi, Mangge-mangge, Talaga, Kambelu, Nasiri, Lirang, Limboro, Temi, Erang, Tapinalu, Dan Olatu.

b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun Hatawano, Asmajawa, Batulubang, dan Eli Jaya.

c) Sebelah Timur dikelilingi oleh pengunungan dan

d) Sebelah Barat berhadapan dengan pulau Kelang dan pulau Manipa dan sebagian pulau Buru.


b. Iklim

Seperti daerah-daerah lain di Kabupaten Seram Bagian Barat, Dusun Amaholu juga memiliki dua jenis musim yang silih berganti, yakni musim Timur dan musim Barat. Pada Musim Timur, angin bertiup selama 5 - 6 bulan yakni, dari bulan Mei sampai masuknya bulan September. Sedangkan musim Barat, angin bertiup mulai November sampai dengan Maret. Keadaan musim tersebut kemudian berlangsung dengan datangnya musim pancaroba. Dimana angin bertiup relatif singkat. Berlansung kurang lebih satu bulan, pada bulan April dan Desember. Pada saat itulah, berganti bertiupnya angin Utara dan angin Selatan.

Kabupaten Seram Bagian Barat, khususnya pada daerah pesisir Huamual Belakang tergolong iklim tropis, dengan musim kemarau silih berganti. Musim hujan mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus dan musim kemarau mulai dari Desember dan Januari. Sedangkan tempratur panas rata-rata dari maksimal 340 C sampai dengan minimal 210 C.

b. Potensi Alam


Wilayah Dusun Amaholu memiliki potensi cukup besar, baik daratan maupun lautan, dan mengandung kekayaan Alam yang sangat berguna bagi kehidupan masyarakat. Daratan Dusun Amaholu memiliki tanah yang subur bagi berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang berumur jangka panjang, maupun tumbuhan yang berumur jangka pendek. Tanaman yang berumur jangka panjang seperti tumbuhan cengkeh, pala, kelapa sagu dan lain-lain. Sedangkan tanaman yang berumur jangka pendek seperti tanaman sayur- sayuran, umbi-umbian dan lain sebagainya. Masyarakat tetap menjaga dan melestarikan tanaman-tanaman tersebut sebagai sumber kehidupan dan penghasilan mereka.

Perairan Dusun Amaholu mengandung bermacam-macam kekayaan alam seperti ikan, kerang-kerang dan bahkan dulu juga masyarakat mengembangkan budidaya rumput laut. Rumput laut yang dibudidayakan oleh bapak Suleman, namun karena situasi tidak memungkinkan untuk membudidaya rumput laut disebabkan banyak dialui oleh kendaraan laut, kemudian perputaran arus laut sangat kuat dan tidak menentu menyebabkan bapak suleman dan beberapa warga saat ini tidak lagi membudidayakan rumput laut. Potensi laut itu secara keseluruhan belum begitu dimanfaatkan dengan baik, walaupun sebagian masyarakat pelaut menangkap ikan dengan cara modern namun masih ada masyarakat menangkap ikan dengan cara tradisional.

3. Sistim Religi/Keagamaan

Agama Islam merupakan agama yang dianut oleh seluruh masyarakat Dusun Amaholu. Masyarakat telah memeluk Islam sebelum kedatangan mereka didusun Amaholu. Beberapa lembaga keagamaan Islam yang terlihat adalah taman pengajian Al Quran (TPQ), Majelis Taalim Ibu-Ibu, dan remaja mesjid yang saat ini tidak agi eksis. Dengan keberadaan lembaga keagamaan itu sebenarnya sangat memberikan motivasi kepada masyarakat untuk belajar agama islam dan melakukan kegiatan keagamaan lain selain dari lembaga pendidikan formal.

Terlihat dari berbagai aktifitas keagamaan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keagamaan. Mulai dari anak-anak, para remaja hingga kaum tua. Kegiatan-keagamaan ini berorientasi pada pengajaran, pelatihan dan peningkatan baca tulis Al Quran, serta bimbingan ibadah oleh para guru-guru pengajian. Melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, maka ada keseragaman pemahaman sehingga dapat tercipta kehidupan social yang tentam, rukun dan damai antar sesama. Hal tersebut terjadi bukan hanya disebabkan karena ikatan akidah akan tetapi, adanya ikatan hubungan kekeluargaan yang begitu erat. Sarana keagaman tersebut dijadikan sebagai tempat untuk belajar agama Islam misalnya mesjid bukan hanya dijadikan sebagai tempat ibadah, namun juga dijadikan tempat untuk belajar ilmu-ilmu keagamaan seperti berdakwah. TPQ yang digunakan masyarakat untuk belajar ngaji masih bersif local tradisonal artinya TPQ yang digunakan adalah Rumah guru ngaji yang temptnya bisa dikondisikan dengan keadaan. Kelompok majelis talim ibu-ibu sebagai wadah untuk melakukan kegiatan yasinan, juga untuk meningkatkan tali silaturahim antara sesama. Remaja mesjid juga melalukan kegiatan-kegiatan keagaman seperti memperingati hari-hari besar Islam, namun kegiatan yang dilakukan remas ini, biasanya sudah dialihkan menjadi keiatan bersama Pelajar Mahsiswa Amaholu yang tergabung dalam sebuah wadah atau organisasi perkumpulan kaum intelektal muda masyarakat Dusun Amaholu, organisasi dengan nama ikatan Pelajar Mahasiswa Amaholu (IPMAM). Organisasiinilah yang biasanya melaksanakan kegiatan-kegiatan keagaman atau hari-hari besar islam.

4. Sistem Mata Pencahrian Hidup

Dusun Amaholu pada umumnya memiliki mata pencaharian beragam. berupa nelayan, petani, padagang, tukang, PNS dan lain-lain. Dulu bagi laki-laki yang sudah dewasa jika tidak mempunyai pekerjaan tetap, mereka memilik bekarja sebagai pelayar, dengan mengunakan perahu tradisional. Perahu itu dalam istilah masyarakat Amaholu adalah Bang’gka. Digunakan sebagai alat untuk memuat berbagai jenis barang hasil-hasil para petani yang berasal dari Seram di perdagangkan di pulau Jawa, Sulawesi, NTT, dll. Mereka berlayar dari Seram menuju pulau lain hanya menggunakan perahu dengan layar tanpa ada mesinyang hanya mengharapkan datanya angin, sehingga untuk sampai di tempat tujuan memakan waktucukup lama. Perahu banggka juga digunakan untuk memuat keladi ubikayu (kasubi) yang biasa diambil dari Sulawesi untuk diperdagangkan dipesisir Maluku. Bahkan banggka ini sering dgunakan untuk memat kayu sualap namun karena maraknya illegal loging sehingga para pelayar banggka tidak lagi memuat kayu. Singkat kata apapun jenis muatan yang bisa dimuat, banggka selalu siap sebagai alat pengangkut yang pening bisa menghasilkan doe.

Namun saat ini berdagang dengan perahu bang’gka tidak lagi digunakan, sebab selain memakan waktu lama juga membutuhkan banyak orang dan penghasilannya pun relatif kecil.Bagi para lelaki yang biasa melaut kemudian terobsesi untuk berdagang dengan Motor laut yang ukuranya tidak terlalu besar namun bisa memuat hasil dagangan mereka. Mereka berdagan oill, pasarnya diambil dari Kecamatan lehitu lalu di pasarkan disetiap plosok dan derah-daerah yang masih kekurangan pasokan bahan bakar minyak, walaupun banyak para pedagang yang merasa dirugikan oleh oknum-oknum milisireaksoner namun keuntungannya lumayan besar.

Mata pencarian masyarakat yang paling utama adalah petani, sebab rata-rata masyarakat memiliki perkebunan seperti cengkeh, pala, coklat dan kopi serta tanaman yang berumur jangka panjang. Cara berladang masyarakat petani Dusun Amaholu pada umumnya adalah peladang yang berpindah (nomaden). Pada waktu musim kemarau mereka menggarap hutan dan menebang pohon-pohon yang diikuti dengan proses pembakaran setelah kering. Proses selanjutnya setelah musim hujan tiba, maka tanah yang digarap itu mulai ditanami dengan jenis tanaman jangka pendek seperti umbi-umbian, sayur-sayauran dan tanaman-tanaman lain yang baik untuk dimakan. Hasil yang di peroleh pun hanya untuk konsumsi keluarga dan jika sedikit lebih maka, dijual kepada masyarakat. Hasil produksi yang utama dari masyarakat petani adalah dari tanaman umur pendek yaitu jenis tumbuhan Ubi, kacang-kacangan, jahe dan sayur ganemong. Jenis ini yang paling banyak dipasarkan di Kota Ambon oleh para pedagang kaki lima. Para pedagan membeli hasil alam tersebut dari para petani-pertani tradisional Dusun Amaholu dan dusun-dusun tetangga.

Peternakan juga merupakan mata pencarian dan penghasilan tambahan bagi masyarakat Dusun Amaholu. Masyarakat betenak masih menggunakan pola tradisional. Pernnakan merupakan kerja sampingan masyarakat karena pekerjaan ini masih bisa dilakukan oleh setiap orang. Usaha peternakan yang paling utama adalah ayam kampung, bebek dan kambing. Kegiatan berternak dilakukan bukan hanya para peternak saja, tetapi para petani dan nelayan juga ikut beternak sebab penghasilan tambahan bisa didapat dari hasil penjualan hewan-hewan ternak tersebut.

Penghasilan yang paling mendominasi bagi berlangsungnya kehidupan masyarakat Dusun Amaholu yaitu mata pencarian kerajinan tangan menganyam tikar. Penkerjaan menganyam tikar ini hamper sebagin besar dilakukan masyarakat dusun Amaholu Hasil dari penjualan tikar menjadi tolak ukur ekonomi masyarakat. Para orang tua bisa menyekolahkan anak-anak mereka dari pengasilan kerajinan tangan menganyam tikar.

5. Keadaan Pendidikan

Dusun Amaholu mengalami kemajuan dari sisi ilmu pengetahuan dan pendidikan sejak masa kepemimpinan H. Usman Harat sebagai kepala Dusun. Dimasa kepemimpin beliau orientasi kinerjanya adalah didalam bidang pendidikan. Beliau berhasil mendirikan lembaga pendidikan yang pertama yaitu Madrasah Iptidaiyah (MI) yang setara dengan Sekolah Dasar. Sekolah itu dirikan pada tanggal 7 Januari 1967 tepatnya berada di Amaholu Los. Kemudian saat ini menjadi Dusun Amaholu los. Dengan pasilitas gedung serba darurat, namun proses belajar mengajar tetap dilaksanakan. MI saat itu dibawah naungan Yanyasan Permi dengan ketua Abdul Majid Ambon memberikan mandat kepada Usman Hart menjabat sebagai kepala sekolah. Beliau sebagai kepala dusun juga merangkap jabatan sebagai kepala sekolah yang juga berperan sebagai guru mata pelajaran di sekolah.

Kemudian Pada tahun 1968 didirikan sekolah dengan bangunan parmanen di Dusun Amaholu Tengah. Pada tanggal 8 Agustus 1983 Yayasan Permi menyerahkan mandat kepada Yayasan Muhamadiah dibawah pimpinan Imam Alfauzi sebagai ketua wilayah majelis Muhamadiah Provinsi Maluku sehingga sekolah MI berada di bawah yanayasan Muhammadiah. MI bertambah nama menjadi Madarasyah Ibtidahiyah Muhammadiyah (MIM). Sejak mulai berdiri sampai sekarang Sudah enam kali terjadi pergantian kepala sekolah yaitu : (1) H. Usman Hart, sebagai pengagas sekaligus menjabat kepala sekolah (2) Saman Polpoke, Kharudin Saleh. (3) Muhamad Abe. (4) Amir Tulungi dan (5) Rusmin Hamamu, (6) Imran Umar yang menjabat sampai sekarang. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan telah mendorong H. Usman Hart untuk mengusulkan kepada Yayasan Muhamadiyah agar mendirikan sekolah Madrasah Tsanawiah Muhamadiyah yang setara dengan SMP di Dusun Amaholu. MTs Muhamadiyah Amaholu adalah lembaga pedidikan Islam yang didirikan sebagai wujud kepedulian untuk memingkatkan nilai-nilai moral (ahlaqul karimah) dan intelektual pada generasi Islam di Dusun Amaholu.

MTs. Muhammadiyah Amaholu adalah salah satu sekolah yang dibangun atas permintaan masyarakat. Didirikan oleh Yayasan Muhammadiyah sebagai jawaban dari tuntutan pendidikan, sebab pada saat itu di Jazirah Huamual Belakang, lembaga pendidikan menengah yang menampung tamatan-tamatan Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah hanya ada pada Madrasah Tsanawiyah Kambelo. Berdasarkan kondisi itulah serta adanya dorongan kuat dari berbagai pihak, maka melalui yayasan Muhammadiyah pada tangal 11 Agustus 1988 Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Amaholu didirikan.

Pada awal berdirinya sekolah ini juga tidak sedikit mendapat tantangan dan hambatan dari berbagai kalangan. Setelah Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Amaholu didirikan, tantangan selanjutnya adalah persoalan siswa dimana pada saat berdirinya belum adanya kesadaran kolektif dari masyarakat untuk mendorong anak-anak mereka melanjutkan sekolah kejenjang selanjutnya, Pada saat itu Madrasah Tsanawiyah Amaholu sempat mandek selama 2 (dua) tahun, yakni dari tahun 1988 sampai tahun 1990. Tahun 1991 kesadaran masyarakat Amaholu untuk menyekolahkan anak-anak mereka pada jenjang sekolah menengah mulai muncul, berkenaan dengan itu pula maka kegiatan pembelajaran Madrasah Tsanawiyah Muhamadiyah Amaholu pun mulai berjalan dengan baik.

Setelah kesadaran masyarakat muncul untuk menyekolahkan anak-anak mereka, selanjutnya kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh MTs Muhammadiyah Amaholu adalah tenaga pengajar karena selama berdirinya tidak ada tenaga pengajar yang defenitif, baik yang disediakan oleh yayasan Muhammadiyah maupun oleh institusi pemerintah dalam hal ini Departemen Agama pada wilayah setempat. Seiring dengan perubahan zaman, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kebutuhan pendidikan semakin baik, sehingga berpengaruh pula pada kesadaran dan pola pikir masyarakat Amaholu. Hal itu dapat dilihat dari animo masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka pada sekolah tersebut. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pertambahan jumlah siswa dari tahun ketahun. Dalam perjalanan selanjutnya, perhatian pemerintah terhadap peningkatan mutu, sarana dan prasarana pendidikan terhadap MTs itu diwujudkan dalam bentuk bantuan dana pembangunan oleh Dinas Pendidikan Nasional pada tahun 2006 yang berupa pembangunan gedung sekolah dengan tiga (3) bilik ruang belajar. Dengan bantuan dinas pendidikan itulah, Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Amaholu memiliki gedung defenitif sendiri, yang mana pada awal berdirinya dalam proses belajar mengajar berafiliasi dengan gerdung Madrasah Iptidaiyah Muhammadiyah Amaholu. Gedung MTS Muhammadiyah Amaholu selesai dibangun pada tanggal 9 januari 2006. Pada tanggal 12 April 2006 proses aktifitas belajar mengajar berjalan hingga sekarang. Semenjak berdirinya sampai sekarang prosesi kepemimpinan MTs Muhammadiyah Amaholu ini sudah tiga kali terjadi pergantian, yaitu mulai dari H. Usman Hart sebagai pengelola dan kepala sekolah pertama, Rusmin Hamamu sebagai kepala sekolah kedua kemudian Adnan Abdul menjabat kepala sekolah sampai sekarang.

Dari lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan tersebut diatas.masyarakat dapat merasakan pendidikan walaupan ada sebagian masyarakat yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA karena keterbatasan dalam segi finansial. Namun masih juga masyarakat berkeinginan mendorong anak-anak mereka di bangku pendidikan yang lebih tinggi sehingga mereka tidak ketinggalan dengan persoalan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

6. Bahasa dan Komunikasi

Pengunaan bahasa daerah pada umumnya merupakan sebuah budaya masyarakat yang ada dinegeri ini. Bahasa daerah harus digunakan agar tetap terjaga karena bahasa daerah adalah warisan leluhur dan menjadi kebanggaan serta simbol masyarakat. Bahasa daerah yang digunakan masyarakat Dusun Amaholu pada umumnya adalah bahasa kebanggaan masyarakaat Huamual Barat Negeri Luhu yang beretnik Buton. Mereka dapat melestaraiakan nilai-nilai budaya dan tradisi masyarakat Buton umumnya dalam hal berkomunikasi. Bahasa Buton dijadikan sebagia alat komunikasi setiap hari dalam pergaulan kehidupan bermasyarakat. Masyarakat Dusun Amaholu adalah masyarakat yang beretnik Buton, pengunaan bahasa daerah digunakan dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Mereka mengunakan bahasa Buton dengan dialek bahasa Buton Cia-Cia. Hal ini merupakan kebiasaan masyarakat Dusun Amaholu dalam setiap berkomunikasi antara sesama warga yang juga sama-sama beretnik Buton.

Pengunaan bahasa Cia-Cia ini hanya digunakan dalam percakapan sehari-hari antara orang tua dengan anak, maupun antara sesama warga masyarakat yang juga mengerti dan dapat berbicara mengunakan bahasa Buton Cia-Cia. Para guru disekolah pun sering terlihat mengunakan bahasa Buton dengan dialek Cia-Cia, ketika menerangkan pelajaran atau memberikan bimbingan. Sedangkan didalam forum-forum resmi maupun dilembaga-lembaga pendidikan, masyarakat menggunakan bahasa Indonesia.

Namun realitas saat ini, ketika seseorang yang berasal dari kampung mengunakan bahasa daerah. Kadang secara tiba-tiba teman yang lainyang juga mengerti bahasa itu, menghentinkan dan bahkan menyindir agar orang yang berbicara tersebut untuk tidak lagi melajutkan pembicarana dengan mengunakan bahasa daerah.

Padahal kita sebagai masyarakat indonesia harus kembali kepada hakekat Boneka Tunggal Ika atau berbeda-beda tetapi tetap satu. Siapa dan apapun bahsanya haruslah dihargai agar kita tidak terjebak pada sifat chauvinism, yaitu membangakan budaya sendiri dan mengangap rendah budaya lain. Apalagi harus merasa jengkel dengan budaya sendiri ketika ada orang yang sedang melestarikan budaya tersebut seperti berbicara dengan bahasa daerah.

Ayo kawan!! Lawan tertawaan, hidupkan budayamu………….!!

sumber:


http://amaholugeneration.blogspot.com/2012/07/amaholu-kampung-halamanku.html?showComment=1431304518046#c225391783979359538


No comments: