24 February 2015

Binongko dalam Kenangan di Awal Abad XX




Oleh: La Ode Rabani
(Staf di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga)


Salah satu benteng Baluara di Binongko, source: image from google.com
"Men bericht ons dat het stoomschip „Banda". hedenmorgen ter reede aangkomen, met hare heenreis naar de Molukken en Nieuw-Guinea op den 13den December 11. bij het wrak van het teBinongko gestrande Duitsche barkschip „ Walkyre" is geweest, en het den genoemden stoomer is gelukt een vrij belangrijk bedrag der lading en Inventaris uit genoemd wrak te bergen. Ten wiens voordeel nu het bedrag dezer geborgen lading, die voor het verkoopen van het wrak etc. etc. had plaats gehad zal komen, is nog niet uitgemaakt; van de assuradeuren of van de koopers?"

Koran Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 19 Januari 1882
Sebuah berita dari Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, pada tanggal 19 Januari 1882 menghiasi laman koran itu. Pada keesokah harinya, hampir seluruh koran Eropa memuat berita tentang adanya kapal berbendera Jerman yang karam di sekitar Pulau Binongko, gugusan kepulauan Tukang Besi (kini: Wakatobi). Kapal itu memuat BBM dalam pelayaran ke Asia. Kapal Jerman "Walkyre" ini tenggelam pada 6 Januari 1882 dengan muatan kargo dan barang inventaris penting. Upaya penyelamatan dilakukan oleh kapal Belanda bernama "Banda" yang didatangkan dari Papua dan Maluku. Belum ada informasi mengenai pihak yang menanggung sejumlah kerugian akibat kecelakaan ini, termasuk pihak perusahaan Asuransi.

Analisis Singkat.Karamnya kapal Jerman bermuatan kargo dan barang inventaris yang ditunjang oleh liputan media dunia terhadap kecelakaan kapal di perariran Binongko, telah melambungkan nama daerah itu di se antero dunia. Binongko mendadak terkenal secara geografis dan pasca tragedi itu informasi tentang Binongko menjadi demikian mudah diperoleh baik dalam rekaman koran maupun catatan hubungan daerah itu dengan kesultanan Buton dan aktivitas perompakan, perdagangan dan penyelundupan.

Binongka pada awal abad XX dikenal sebagai daerah yang tandus, namun kaya. Banyak masyarakat dari daerah ini yang sudah menunaikan ibadah haji ke Mekah. Orang-orang Binongko dapat dijumpai di Surabaya, SIngapore, Kepualuan Maluku, dan Papua dengan berbagai aneka profesi. Dalam aktivitas perdagangan pada awal abad XX, orang-orang Binongko menjalankan perahu layar dan sering kali bekerjasama dengan para pelaut Madura untuk melakukan aktivitas perdagangan segitiga antara Binongko-Madura-China di Gresik dan Surabaya, Jawa Timur. Perahu Binongko menjadi mitra baik para pedagang Madura dan muatan kapalnya kemudian dijual ke orang-orang China Surabaya dan Gresik.

Dari realitas itu, kita dapat membaca bahwa Binongko sangat aktif dalam perdagangan antar pulau dan salah satunya menjadi pelopor industri kreatif yang menguasai teknik (teknologi) pembuatan parang dan pisau yang berkualitas tinggi. Apakah ini karena interaksinya dengan orang-orang Jawa ataumerupakan inovasi masyarakat Binongko?


Masa lalu, Binongko tidak hanya cerita tentang air minum yang serba terbatas, pulaunya yang tandus, tetapi sejarah mereka telah ikut meramaikan perdagangan, pelayaran, perdagangan, diaspora, "kriminalitas", Islam, dan dunia "abu-abu" negeri ini.

No comments: